anaksemang.com

selamat datang di blog ini
mungkin bisa menambah pengetahuian anda

Kamis, 25 Maret 2010

Tradisi atau Kontadiksi

Maskur Wahyudi


Perkembangan era globalisasi dan modernisasi sangat cepat dan melekat pada masyarakat kita, ini bisa kita lihat begitu besarnya pengaruh budaya luar yang hadir di tengah-tengah kita. Apakah mungkin kebudayaan warisan leluhur nenek moyang kita lambat laun akan hilang di telan zaman?

Ketika kita berhadapan dengan tontonan wayang kulit atau tarian tradisi yang di gelar di suatu tempat. Dan pada saat bersamaan, kita juga di hadapkan dengan suatu pertunjukan konser band terkenal. Apakah yang ada di pikiran anda sekarang? Secara mengejutkan 8 diantara 10 orang akan memilih konser dari band terkenal tersebut ketimbang pagelaran kesenian daerah yang di pandang sangat monoton dan membosankan. Akankah hal ini akan terus berlanjut ?.

Kita kembali ke tahun sebelum kecanggihan teknologi mulai merambah di daerah kita ketika orang tua masih mendendangkan suatu cerita yang mengajarkan tentang budi pekerti, sambil menimang anaknya di waktu malam, Pada masa itu masyarakat kita masih belum banyak mempunyai barang atau perangkat buatan dari luar, karena harganya yang bisa di jangkau oleh kaum ningrat saja, Anak-anak bermain menggunakan pelepah pisang atau bahan-bahan yang bisa di gunakan di sekelilingnya untuk di jadikan sebagai permainan. Para pemuda yang bersama-sama membentuk suatu wadah organisasi masyarakat untuk bekerja sama dalam membangun desa. Bapak-bapak yang begitu bersemangat dalam membantu masyarakat yang mempunyai hajatan dalam pernikahan atau hajatan lainnya. Coba kita bandingkan dengan situasi sekarang, anak-anak tidak lagi belajar kreatif, kalau mereka mau sebuah mainan mereka tinggal ke toko dan membeli apa saja yang mereka inginkan, para pemuda sibuk dengan mencari kerja karena persaingan populasi, bapak-bapak sibuk dengan pekerjaan yang begitu banyak sehingga tidak sempat lagi untuk berkumpul dengan para kerabatnya. Apa yang salah? Uang, pupolasi, tuntun zaman atau kecaggihan teknologi?

Pengaruh uang, populasi yang kian meningkat, tuntutan jaman dan kecanggihan teknologi sering di klaim sebagai penyebab runtuhnya kebudayaan di suatu daerah, sebenarnya kebudayaan ”hilang” semenjak adanya masa Praktis, artinya masyarakat sudah mengenal sebutan minimalis dalam rumah tangga, kalau dibilang masyarakat kita adalah lazy people tentu akan menjadikan sebuah perdebatan yang yang tidak menyelesaikan, tergantung dari kita yang akan memahaminya. Data pada tahun 2008 menunjukan tingkat pengangguran di Indonesia sekitar jiwa, artinya masyarakat kita masih enggan bekerja secara independent atau menciptakan lapangan kerja sendiri. Banyak yang mengeluhkan modal awal dalam suatu usaha, sehingga mereka tidak mampu dalam menciptakan peluang usaha, banyak juga yang mengeluhkan produk apa yang akan di buat dan menghasilkan banyak keuntungan. Padahal Dinas Koperasi sudah menawarkan sebuah program kredit lunak untuk para pengusaha kecil. Dinas Tenaga kerja sudah membentuk suatu lembaga Balai Latihan Kerja untuk pelatihan keterampilan usaha bagi pemuda dan pengelola usaha. Lagi-lagi apa yang salah pada konsep yang sudah ditawarkan oleh Pemerintah kita untuk kesejahteraan masyarakat ?.

Kebudayaan lahir dari sifat sosial dalam suatu kelompok masyarakat, lewat kebudayaan maka akan timbul suatu norma-norma hukum dalam masyarakat yang di sebut Adat. Ketika hukum adat berjalan, muncul suatu kebiasaan masyarakat yang dilakukan dalam waktu-waktu tertetu sehingga menjadikan suatu pola yang disebut Tradisi, dan tradisi ini akan terus berlanjut sampai masyarakat tersebut menemukan indentitas sebagai ciri dari pengelompokan mereka. Tanpa kebudayaan masyarakat tidak bisa berkembang, tanpa kebudayaan masyarakat akan musnah, tanpa kebuayaan masyarakat akan lupa kepada alam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar